Menulis Pantun & Puisi
1. Pengertian Pantun dan Syarat-syarat Pantun

Pantun merupakan salah satu jenis karya sastra Melayu Lama yang berbentuk puisi. Pantun juga merupakan salah satu peninggalan masyarakat Melayu. Pada zaman dahulu, pantun diciptakan untuk berbagai tujuan, antara lain menyampaikan nasihat, menyatakan rasa sayang, ajaran budi pekerti dan moral, untuk kepentingan sosial, serta untuk hiburan/kejenakaan semata. Sebagai jenis puisi lama, pantun memiliki kata-kata yang khas. Kekhasan kata-kata dalam pantun ditunjukkan melalui penggunaan kata-katanya, ungkapan pengarang, serta kemerduan bunyinya karena pilihan bunyi akhir yang teratur. Pantun terdiri atas dua bagian, yaitu bagian sampiran dan isi. Hal yang dipentingkan dalam menulis pantun adalah mementingkan keindahan bahasa, pemadatan makna kata, dan bentuk penulisannya berbait-bait. Salah satu keindahan bahasa dalam sebuah pantun ditandai oleh rima a – b – a – b. Jika kamu akan menulis sebuah pantun dengan baik, hendaknya memerhatikan syarat-syarat pantun berikut.
a. Satu bait terdiri atas empat baris.
b. Baris pertama dan kedua merupakan sampiran, sedangkan bait ketiga
dan keempat merupakan isi.
c. Setiap baris terdiri atas 8 – 12 suku kata.
d. Rima akhir berpola a – b – a – b.
Asam pauh dari seberang (a)
Dimuat di dalam peti (b)
Badan jauh di rantau orang (a)
Kalau sakit siapa mengobati (b)
Berdasarkan isinya, pantun terdiri atas tiga jenis.
a. Pantun anak-anak, terdiri atas pantun teka-teki dan pantun jenaka.
b. Pantun remaja, terdiri atas pantun perkenalan, pantun berkasih-
kasihan, dan pantun perpisahan.
c. Pantun orang tua, terdiri atas pantun adat, pantun agama, dan pantun
nasihat.
2. Contoh Pantun
Perhatikan contoh pantun di bawah ini!Contoh (1)
Kalau piknik di tepi pantai
Pulanglah sebelum hari senja
Kalau adik ingin pandai
Belajarlah sambil berdoa
Contoh (2)
Ada melinjo ada emping
Digoreng dengan minyak kelapa
Ada sinyo tertawa nyaring
Dicoreng hidungnya dengan jelaga
Contoh (3)
Pisang emas dibawa berlayar
Masak sebiji dimasukkan peti
Utang emas dapat dibayar
Utang budi dibawa mati
Contoh (4)
Awan putih tinggi di langit
Di bawah bumi jadi naungan
Cita-cita biarpun tinggi selangit
Tata krama tetap jadi pegangan
Puisi (dari bahasa Yunani kuno: ποιέω/ποιῶ (poiéo/poió) = I create) adalah seni tertulis di mana bahasa digunakan untuk kualitas estetiknya untuk tambahan, atau selain arti semantiknya.
Penekanan pada segi estetik suatu bahasa dan penggunaan sengaja pengulangan, meter dan rima adalah yang membedakan puisi dari prosa. Namun perbedaan ini masih diperdebatkan. Pandangan kaum awam biasanya membedakan puisi dan prosa dari jumlah huruf dan kalimat dalam karya tersebut. Puisi lebih singkat dan padat, sedangkan prosa lebih mengalir seperti mengutarakan cerita. Beberapa ahli modern memiliki pendekatan dengan mendefinisikan puisi tidak sebagai jenis literatur tapi sebagai perwujudan imajinasi manusia, yang menjadi sumber segala kreativitas. Selain itu puisi juga merupakan curahan isi hati seseorang yang membawa orang lain ke dalam keadaan hatinya.
Baris-baris pada puisi dapat berbentuk apa saja (melingkar, zigzag dan lain-lain). Hal tersebut merupakan salah satu cara penulis untuk menunjukkan pemikirannnya. Puisi kadang-kadang juga hanya berisi satu kata/suku kata yang terus diulang-ulang. Bagi pembaca hal tersebut mungkin membuat puisi tersebut menjadi tidak dimengerti. Tapi penulis selalu memiliki alasan untuk segala 'keanehan' yang diciptakannya. Tak ada yang membatasi keinginan penulis dalam menciptakan sebuah puisi. Ada beberapa perbedaan antara puisi lama dan puisi baru
Namun beberapa kasus mengenai puisi modern atau puisi cyber belakangan ini makin memprihatinkan jika ditilik dari pokok dan kaidah puisi itu sendiri yaitu 'pemadatan kata'. Kebanyakan penyair aktif sekarang baik pemula ataupun bukan lebih mementingkan gaya bahasa dan bukan pada pokok puisi tersebut.
Di dalam puisi juga biasa disisipkan majas yang membuat puisi itu semakin indah. Majas tersebut juga ada bemacam, salah satunya adalah sarkasme yaitu sindiran langsung dengan kasar.
Di beberapa daerah di Indonesia puisi juga sering dinyanyikan dalam bentuk pantun. Mereka enggan atau tak mau untuk melihat kaidah awal puisi tersebut.
Hal-hal membaca puisi
Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam membaca puisi sebagai berikut:- Ketepatan ekspresi/mimik
- Kinesik yaitu gerak anggota tubuh.
- Kejelasan artikulasi
- Timbre yaitu warna bunyi suara (bawaan) yang dimilikinya.
- Dinamik artinya keras lembut, tinggi rendahnya suara.
- Intonasi atau lagu suara
- Tekanan dinamik yaitu tekanan pada kata- kata yang dianggap penting.
- Tekanan nada yaitu tekanan tinggi rendahnya suara. Misalnya suara tinggi menggambarkan keriangan, marah, takjud, dan sebagainya. Suara rendah mengungkapkan kesedihan, pasrah, ragu, putus asa dan sebagainya.
- Tekanan tempo yaitu cepat lambat pengucapan suku kata atau kata.
Unsur-unsur puisi
Unsur-unsur puisi meliputi struktur fisik dan struktur batin puisi
Struktur fisik puisi
Struktur fisik puisi terdiri dari:- Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi.
- Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata.
- Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, medengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair.
- Kata konkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misalnya kata kongkret “salju: melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dll., sedangkan kata kongkret “rawa-rawa” dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dll.
- Gaya bahasa, yaitu penggunaan bahasa yang dapat menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu. Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Gaya bahasa disebut juga majas. Adapaun macam-amcam majas antara lain metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte, hingga paradoks.
- Rima/Irama adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi. Rima mencakup:
- Onomatope (tiruan terhadap bunyi, misal /ng/ yang memberikan efek magis pada puisi Sutadji C.B.),
- Bentuk intern pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi [kata], dan sebagainya
- Pengulangan kata/ungkapan. Ritma merupakan tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi. Rima sangat menonjol dalam pembacaan puisi.
Struktur batin puisi
Struktur batin puisi terdiri dari
- Tema/makna (sense); media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan.
- Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada kemampuan penyairmemilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.
- Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll.
- Amanat/tujuan/maksud (itention); yaitu pesan yang ingin disampaikan penyair kepada pembaca
Jenis-jenis puisi
Menurut zamannya, puisi dibedakan atas puisi lama dan puisi baru1. Puisi lama
Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan. Aturan- aturan itu antara lain :- Jumlah kata dalam 1 baris
- Jumlah baris dalam 1 bait
- Persajakan (rima)
- Banyak suku kata tiap baris
- Irama
- Merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya.
- Disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan.
- Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata maupun rima.
- Mantra adalah ucapan-ucapan yang dianggap memiliki kekuatan gaib.
- Assalammu’alaikum putri satulung besar
- Yang beralun berilir simayang
- Mari kecil, kemari
- Aku menyanggul rambutmu
- Aku membawa sadap gading
- Akan membasuh mukamu
- Pantun adalah puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran, 2 baris berikutnya sebagai isi. Pembagian pantun menurut isinya terdiri dari pantun anak, muda-mudi, agama/nasihat, teka-teki, jenaka.
- Kalau ada jarum patah
- Jangan dimasukkan ke dalam peti
- Kalau ada kataku yang salah
- Jangan dimasukkan ke dalam hati
- Karmina adalah pantun kilat seperti pantun tetapi pendek.
- Dahulu parang sekarang besi (a)
- Dahulu sayang sekarang benci (a)
- Seloka adalah pantun berkait.
- Lurus jalan ke Payakumbuh,
- Kayu jati bertimbal jalan
- Di mana hati tak kan rusuh,
- Ibu mati bapak berjalan
- Gurindam adalah puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat.
- Kurang pikir kurang siasat (a)
- Tentu dirimu akan tersesat (a)
- Barangsiapa tinggalkan sembahyang (b)
- Bagai rumah tiada bertiang (b)
- Jika suami tiada berhati lurus (c)
- Istri pun kelak menjadi kurus (c)
- Syair adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita.
- Pada zaman dahulu kala (a)
- Tersebutlah sebuah cerita (a)
- Sebuah negeri yang aman sentosa (a)
- Dipimpin sang raja nan bijaksana (a)
- Talibun adalah pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10 baris.
- Kalau anak pergi ke pekan
- Yu beli belanak pun beli sampiran
- Ikan panjang beli dahulu
- Kalau anak pergi berjalan
- Ibu cari sanak pun cari isi
- Induk semang cari dahulu
2. Puisi baru
Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima.Ciri-ciri Puisi Baru:
- Bentuknya rapi, simetris;
- Mempunyai persajakan akhir (yang teratur);
- Banyak mempergunakan pola sajak pantun dan syair meskipun ada pola yang lain;
- Sebagian besar puisi empat seuntai;
- Tiap-tiap barisnya atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis)
- Tiap gatranya terdiri atas dua kata (sebagian besar) : 4-5 suku kata.
- Balada adalah puisi berisi kisah/cerita. Balada jenis ini terdiri dari 3 (tiga) bait, masing-masing dengan 8 (delapan) larik dengan skema rima a-b-a-b-b-c-c-b. Kemudian skema rima berubah menjadi a-b-a-b-b-c-b-c. Larik terakhir dalam bait pertama digunakan sebagai refren dalam bait-bait berikutnya. Contoh: Puisi karya Sapardi Djoko Damono yang berjudul “Balada Matinya Seorang Pemberontak”.
- Himne adalah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan. Ciri-cirinya adalah lagu pujian untuk menghormati seorang dewa, Tuhan, seorang pahlawan, tanah air, atau almamater (Pemandu di Dunia Sastra). Sekarang ini, pengertian himne menjadi berkembang. Himne diartikan sebagai puisi yang dinyanyikan, berisi pujian terhadap sesuatu yang dihormati (guru, pahlawan, dewa, Tuhan) yang bernapaskan ketuhanan.
- Bahkan batu-batu yang keras dan bisu
- Mengagungkan nama-Mu dengan cara sendiri
- Menggeliat derita pada lekuk dan liku
- bawah sayatan khianat dan dusta.
- Dengan hikmat selalu kupandang patung-Mu
- menitikkan darah dari tangan dan kaki
- dari mahkota duri dan membulan paku
- Yang dikarati oleh dosa manusia.
- Tanpa luka-luka yang lebar terbuka
- dunia kehilangan sumber kasih
- Besarlah mereka yang dalam nestapa
- mengenal-Mu tersalib di datam hati.
- (Saini S.K)
- Ode adalah puisi sanjungan untuk orang yang berjasa. Nada dan gayanya sangat resmi (metrumnya ketat), bernada anggun, membahas sesuatu yang mulia, bersifat menyanjung baik terhadap pribadi tertentu atau peristiwa umum.
- Generasi Sekarang
- Di atas puncak gunung fantasi
- Berdiri aku, dan dari sana
- Mandang ke bawah, ke tempat berjuang
- Generasi sekarang di panjang masa
- Menciptakan kemegahan baru
- Pantun keindahan Indonesia
- Yang jadi kenang-kenangan
- Pada zaman dalam dunia
- (Asmara Hadi)
- Epigram adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup. Epigram berasal dari Bahasa Yunani epigramma yang berarti unsur pengajaran; didaktik; nasihat membawa ke arah kebenaran untuk dijadikan pedoman, ikhtibar; ada teladan.
- Hari ini tak ada tempat berdiri
- Sikap lamban berarti mati
- Siapa yang bergerak, merekalah yang di depan
- Yang menunggu sejenak sekalipun pasti tergilas.
- (Iqbal)
- Romansa adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih. Berasal dari bahasa Perancis Romantique yang berarti keindahan perasaan; persoalan kasih sayang, rindu dendam, serta kasih mesra
- Elegi adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan. Berisi sajak atau lagu yang mengungkapkan rasa duka atau keluh kesah karena sedih atau rindu, terutama karena kematian/kepergian seseorang.
- Senja di Pelabuhan Kecil
- Ini kali tidak ada yang mencari cinta
- di antara gudang, rumah tua, pada cerita
- tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
- menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
- Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
- menyinggung muram, desir hari lari berenang
- menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
- dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
- Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
- menyisir semenanjung, masih pengap harap
- sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
- dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
- (Chairil Anwar)
- Satire adalah puisi yang berisi sindiran/kritik. Berasal dari bahasa Latin Satura yang berarti sindiran; kecaman tajam terhadap sesuatu fenomena; tidak puas hati satu golongan (ke atas pemimpin yang pura-pura, rasuah, zalim etc)
- Aku bertanya
- tetapi pertanyaan-pertanyaanku
- membentur jidat penyair-penyair salon,
- yang bersajak tentang anggur dan rembulan,
- sementara ketidakadilan terjadi
- di sampingnya,
- dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan,
- termangu-mangu dl kaki dewi kesenian.
- (WS Rendra)
- Distikon, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas dua baris (puisi dua seuntai).
- Berkali kita gagal
- Ulangi lagi dan cari akal
- Berkali-kali kita jatuh
- Kembali berdiri jangan mengeluh
- (Or. Mandank)
- Terzina, puisi yang tiap baitnya terdiri atas tiga baris (puisi tiga seuntai).
- Dalam ribaan bahagia datang
- Tersenyum bagai kencana
- Mengharum bagai cendana
- Dalam bah’gia cinta tiba melayang
- Bersinar bagai matahari
- Mewarna bagaikan sari
- (Sanusi Pane)
- Kuatrain, puisi yang tiap baitnya terdiri atas empat baris (puisi empat seuntai).
- Mendatang-datang jua
- Kenangan masa lampau
- Menghilang muncul jua
- Yang dulu sinau silau
- Membayang rupa jua
- Adi kanda lama lalu
- Membuat hati jua
- Layu lipu rindu-sendu
- (A.M. Daeng Myala)
- Kuint, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas lima baris (puisi lima seuntai).
- Hanya Kepada Tuan
- Satu-satu perasaan
- Hanya dapat saya katakan
- Kepada tuan
- Yang pernah merasakan
- Satu-satu kegelisahan
- Yang saya serahkan
- Hanya dapat saya kisahkan
- Kepada tuan
- Yang pernah diresah gelisahkan
- Satu-satu kenyataan
- Yang bisa dirasakan
- Hanya dapat saya nyatakan
- Kepada tuan
- Yang enggan menerima kenyataan
- (Or. Mandank)
- Sektet, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas enam baris (puisi enam seuntai).
- Merindu Bagia
- Jika hari’lah tengah malam
- Angin berhenti dari bernapas
- Sukma jiwaku rasa tenggelam
- Dalam laut tidak terwatas
- Menangis hati diiris sedih
- (Ipih)
- Septime, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas tujuh baris (tujuh seuntai).
- Indonesia Tumpah Darahku
- Duduk di pantai tanah yang permai
- Tempat gelombang pecah berderai
- Berbuih putih di pasir terderai
- Tampaklah pulau di lautan hijau
- Gunung gemunung bagus rupanya
- Ditimpah air mulia tampaknya
- Tumpah darahku Indonesia namanya
- (Mohammad Yamin)
- Oktaf/Stanza, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas delapan baris (double kutrain atau puisi delapan seuntai).
- Awan
- Awan datang melayang perlahan
- Serasa bermimpi, serasa berangan
- Bertambah lama, lupa di diri
- Bertambah halus akhirnya seri
- Dan bentuk menjadi hilang
- Dalam langit biru gemilang
- Demikian jiwaku lenyap sekarang
- Dalam kehidupan teguh tenang
- (Sanusi Pane)
- Soneta, adalah puisi yang terdiri atas empat belas baris yang terbagi menjadi dua, dua bait pertama masing-masing empat baris dan dua bait kedua masing-masing tiga baris. Soneta berasal dari kata sonneto (Bahasa Italia) perubahan dari kata sono yang berarti suara. Jadi soneta adalah puisi yang bersuara. Di Indonesia, soneta masuk dari negeri Belanda diperkenalkan oleh Muhammad Yamin dan Roestam Effendi, karena itulah mereka berdualah yang dianggap sebagai ”Pelopor/Bapak Soneta Indonesia”. Bentuk soneta Indonesia tidak lagi tunduk pada syarat-syarat soneta Italia atau Inggris, tetapi lebih mempunyai kebebasan dalam segi isi maupun rimanya. Yang menjadi pegangan adalah jumlah barisnya (empat belas baris).
- Gembala
- Perasaan siapa ta ‘kan nyala ( a )
- Melihat anak berelagu dendang ( b )
- Seorang saja di tengah padang ( b )
- Tiada berbaju buka kepala ( a )
- Beginilah nasib anak gembala ( a )
- Berteduh di bawah kayu nan rindang ( b )
- Semenjak pagi meninggalkan kandang ( b )
- Pulang ke rumah di senja kala ( a )
- Jauh sedikit sesayup sampai ( a )
- Terdengar olehku bunyi serunai ( a )
- Melagukan alam nan molek permai ( a )
- Wahai gembala di segara hijau ( c )
- Mendengarkan puputmu menurutkan kerbau ( c )
- Maulah aku menurutkan dikau ( c )
- (Muhammad Yamin)
3. Puisi kontemporer
Kata kontemporer secara umum bermakna masa kini sesuai dengan perkembangan zaman atau selalu menyesuaikan dengan perkembangan keadaan zaman. Selain itu, puisi kontemporer dapat diartikan sebagai puisi yang lahir dalam kurun waktu terakhir. Puisi kontemporer berusaha lari dari ikatan konvensional puisi itu sendiri. Puisi kontemporer seringkali memakai kata-kata yang kurang memperhatikan santun bahasa, memakai kata-kata makin kasar, ejekan, dan lain-lain. Pemakaian kata-kata simbolik atau lambang intuisi, gaya bahasa, irama, dan sebagainya dianggapnya tidak begitu penting lagi.Tokoh-tokoh puisi kontemporer di Indonesia saat ini, yaitu sebagai berikut:
- Sutardji Calzoum Bachri dengan tiga kumpulan puisinya O, Amuk, dan O Amuk Kapak
- Ibrahim Sattah dengan kumpulan puisinya Hai Ti
- Hamid Jabbar dengan kumpulan puisinya Wajah Kita
- Puisi mantra adalah puisi yang mengambil sifat-sifat mantra. Sutardji Calzoum Bachri adalah orang yang pertama memperkenalkan puisi mantra dalam puisi kontemporer. Ciri-ciri mantra adalah:
- Mantra bukanlah sesuatu yang dihadirkan untuk dipahami melainkan sesuatu yang disajikan untuk menimbulkan akibat tertentu
- Mantra berfungsi sebagai penghubung manusia dengan dunia misteri
- Mantra mengutamakan efek atau akibat berupa kemanjuran dan kemanjuran itu terletak pada perintah.
- Shang Hai
- ping di atas pong
- pong di atas ping
- ping ping bilang pong
- pong pong bilang ping
- mau pong? bilang ping
- mau mau bilang pong
- mau ping? bilang pong
- mau mau bilang ping
- ya pong ya ping
- ya ping ya pong
- tak ya pong tak ya ping
- ya tak ping ya tak pong
- sembilu jarakMu merancap nyaring
- (Sutardji Calzoum Bachri dalam O Amuk Kapak, 1981)
- Puisi mbeling adalah bentuk puisi yang tidak mengikuti aturan. Aturan puisi yang dimaksud ialah ketentuan-ketentuan yang umum berlaku dalam puisi. Puisi ini muncul pertama kali dalam majalah Aktuil yang menyediakan lembar khusus untuk menampung sajak, dan oleh pengasuhnya yaitu Remy Silado, lembar tersebut diberi nama "Puisi Mbeling". Kata-kata dalam puisi mbeling tidak perlu dipilih-pilih lagi. Dasar puisi mbeling adalah main-main. Ciri-ciri puisi mbeling adalah:
- Mengutamakan unsur kelakar; pengarang memanfaatkan semua unsur puisi berupa bunyi, rima, irama, pilihan kata dan tipografi untuk mencapai efek kelakar tanpa ada maksud lain yang disembunyikan (tersirat).
- Sajak Sikat Gigi
- Seseorang lupa menggosok giginya sebelum tidur
- Di dalam tidur ia bermimpi
- Ada sikat gigi menggosok-gosok mulutnya supaya terbuka
- Ketika ia bangun pagi hari
- Sikat giginya tinggal sepotong
- Sepotong yang hilang itu agaknya
- Tersesat di dalam mimpinya dan tak bisa kembali
- Dan ia berpendapat bahwa, kejadian itu terlalu berlebih-lebihan
- (Yudhistira Ardi Nugraha dalam Sajak Sikat Gigi, 1974)
- Menyampaikan kritik sosial terutama terhadap sistem perekonomian dan pemerintahan.
- Menyampaikan ejekan kepada para penyair yang bersikap sungguh-sungguh terhadap puisi. Dalam hal ini, Taufik Ismail menyebut puisi mbeling dengan puisi yang mengkritik puisi.
- Puisi konkret adalah puisi yang disusun dengan mengutamakan bentuk grafis berupa tata wajah hingga menyerupai gambar tertentu. Puisi seperti ini tidak sepenuhnya menggunakan bahasa sebagai media. Di dalam puisi konkret pada umumnya terdapat lambang-lambang yang diwujudkan dengan benda dan/atau gambar-gambar sebagai ungkapan ekspresi penyairnya.
- Doktorandus Tikus I
- selusin toga
- me
- nga
- nga
- seratus tikus berkampus
- diatasnya
- dosen dijerat
- profesor diracun
- kucing
- kawin
- dan bunting
- dengan predikat
- sangat memuaskan
- (F.Rahardi dalam Soempah WTS, 1983)
- Unsur bunyi; meliputi penempatan persamaan bunyi (rima) pada tempat-tempat tertentu untuk menghidupkan kesan dipadu dengan repetisi atau pengulangan-pengulangannya.
- Tipografi; meliputi penyusunan baris-baris puisi berisi kata atau suku kata yang disusun sesuai dengan gambar (pola) tertentu.
- Enjambemen; meliputi pemenggalan atau perpindahan baris puisi untuk menuju baris berikutnya.
- Kelakar (parodi); meliputi penambahan unsur hiburan ringan sebagai pelengkap penyajian puisi yang pekat dan penuh perenungan (kontemplatif)
Menulis puisi lama
- 1. MENULIS PUISI LAM A OLEH: YUYUN JUMIATI SM A N 3 RANGKASBITUNG
- 2. PUISI LAMA PANTUN SYAIR GURINDAM
- 3. CIRI-CIRI PANTUN Tiap b ait terdiri atas empat baris Tiap baris terdiri atas 8 sampai 12 suku kata Baris pertama dan kedua berupa sampiran Baris ketiga dan keempat berupa isi Bersajak a – b – a – b
- 4. JENIS PANTUN Pantun Tua : pantun Nasihat pantun Agama pantun Adat Pantun Anak-Anak Pantun Bersuka Cita Pantun Berduka Cita Pantun Muda Pantun Nasib/dagang Pantun Berkenalan Pantun Berkasih-kasihan Pantun Bercerai/Perpisah Pantun Beriba Hati Pantun Jenaka Pantun Teka-teki
- 5. Contoh Pantun Pantun Adat Kayu pantai di Kota Alam Rantainya sendi-bersendi Jika engkau pandai di alam Patah tumbuh hilang berganti Pantun Nasihat Sarang penyengat atas kota Kait-kait di padang temu Hendaklah ingat semua kita Baik-baik berpegang ilmu Pantun Jenaka Elok rupanya pohon belimbing Tumbuh dekat pohon mangga Elok rupanya berbini sumbing biar marah ketawa juga Pantun Teka-Teki Kalau puan, puan cerana Ambil gelas di dalam peti Kalu tuan bijak laksana Binatang apa tanduk di kaki
- 6. PANTUN KILAT Dalam Kesusastraan Indonesia kata lain dari pantun kilat : Karmina Ciri-ciri Karmina Tiap bait terdiri atas dua baris Baris pertama sampiran Baris kedua isi Bersajak a-a Contoh Sebab pulut santan binasa Sebab mulut badan binasa Dahulu besi sekarang loyang Dahulu benci sekarang sayang
- 7. GURINDAM Gurindam adalah sastra lama dari India Yang berarti bunga Ciri-Ciri Gurindam Tiap bait terdiri atas dua baris Tiap baris terdiri atas 8 sampai dengan 1 2 suku kata Baris pertama merupakan sam - piran dan baris kedua adalah isi Pola persajakannya a-a Gurindam berisi nasihat dan pendidikan moral Isi gurindam merupakan sebab-akibat Di Indonesia gurindam yang terkenal : Gurindam Duabelas karya raja Ali Hadji jumlah baitnya sebanyak 100 buah serta berisi nasihat, pelajaran, pandangan dan filsafat
- 8. Contoh Gurindam Kurang pikir kurang siasat Tentu dirimu kelak tersesat Pikir dahulu sebelum berkata Supaya terelak silang sengketa Jika kena penyakit kikir Sanak saudara lari menyingkir
- 9. SYAIR Kata Syair dari bahasa Arab Syu’ ur yang berarti Perasaan Ciri-ciri Syair Tiap bait terdiri atas empat baris Tiap baris terdiri atas 8 sampai 1 4 suku kata Bersajak a-a-a-a Kempat baris dalam setiap bait syair merupakan isi, tidak ter - dapat sampiran, seperti pantun
- 10. Contoh Syair Inilah gerangan suatu malam Mengarangkan Syair terlalu indah Membentuk jalan tempat berpindah Di sanalah iktikad diperbetuli sudah Wahai muda kenali dirimu Ialah perahu tamsil tubuhmu Tiadalah berapa lama hidupmu Ke akhirat jua kekal diammu
enganalisa Perbedaan dan Persamaan Sajak, Pantun, Puisi dan Syair. Untuk Menambah Pengetahuan akan pelajaran bahasa indonesia, khususnya perbedaan dan persamaan dari pengungkapan rasa hati itu. kita haruslah mengenal sajak, pantun, puisi dan syair. untuk itu kali ini seenthing akan berbagi sedikit penelusuran dari google search engine yang didapat. untuk itu marilah kita lihat pengertiannya. dan jika ada kesalahan mohon kiranya ada perbaikan dari semua pengunjung. dan silahkansharing dalam komentnya. terima kasih. lanjuuuuuuuut……..!!!!
SAJAK
Kata sajak dikenal dalam kesusastraan Indonesia. Penggunaan istilah ini sering dicampuradukkan dengan puisi. Padahal, puisi berasal dari bahasa Belanda, dari kata poezie. Dalam bahasa Belanda, dikenal dengan istilah gedicht.
Dalam bahasa Indonesia (Melayu) hanya dikenal istilah ini mengandung arti poezie maupun gedicht sekaligus. Istilah puisi cenderung digunakan untuk berpasangan dengan istilah prosa, seperti istilah poetry dalam bahasa Inggris yang dianggap sebagai salah satu nama jenis sastra.
Dengan demikian, istilah ini lebih bersifat khusus, individunya, sedangkan puisi lebih bersifat general, jenisnya.
Sajak adalah puisi, tetapi tidak sebaliknya. Puisi bisa saja terdapat dalam prosa seperti cerpen, novel, atau esai, sehingga orang sering mengatakan bahwa kalimat-kalimatnya puitis (bersifat puisi). Menurut Putu Arya Tirtawirya, puisi menjadi suatu pengungkapan secara implisit, samar, dengan makna yang tersirat, dimana kata-kata condong pada artinya yang konotatif.
Sajak memiliki makna lebih luas. Tidak sekadar hal yang tersirat, tetapi sudah menyangkut materi isi puisi, bahkan sampai pada efek yang ditimbulkan, seperti bunyi. Karenanya, ia terkadang juga dimaknai sebagai bunyi. Pada hakekatnya, ia mengundang kata berasosiasi. Tidak berinterpretasi, bertafsir-tafsir.
Bagi Subagio Sastrowardoyo, ia adalah apa yang lahir setelah ‘malam yang hamil oleh benihku. Adalah bayi yang dicampakkan ke lantai bumi. Sajak seperti anak haram tanpa ibu membawa dosa pertama di keningnya.
Sedangkan Subagio Sastrowardoyo berpendapat bahwa sajak berguna untuk mengingatkan kita pada kisah dan keabadian. Melupakan kepada pisau dan tali. Melupakan kepada bunuh diri.
Sajak bagi Chairil adalah alamat kemana ia menuju setelah lari dari gedong lebar halaman, dan ketika tersesat tak dapat jalan.
Sajak bagi Goenawan Mohamad adalah catatan kita bagi dingin yang tak tercatat pada termometer. Ketika kota basah, angin mengusir kita di sepanjang sungai, tapi kita tetap saja di sana. Mengamati, mencatat. Seakan gerimis raib dan kita saksikan cahaya berenang mempermainkan warna. Ia adalah ketika kita merasakan bahagia meski tak tahu kenapa.
Tema tentang sajak, baik tersurat guratnya atau hanya tersirat seratnya, atau bahkan cuma bisa kita tafsirkan saja salah satunya, hampir selalu ada ditulis oleh setiap penyair. Mungkin ini sebagai wujud kekariban. Atau persembahan untuk ia sendiri.
Ketika menggubah sajak, maka juga terkandung makna hidup yang dihayati oleh penyair. Ya, karena ia adalah kehidupan. Keduanya sangat dekat. Keduanya saling ada di dalam keduanya: ia ada dalam kehidupan dan kehidupan ada didalamnya. Ia adalah alat yang bisa sangat bermanfaat untuk merumuskan rumit dan samarnya kehidupan.
Sitok Srengenge, menerjemahkan apa peran sajak dan penyair bagi hidupnya dan kehidupan manusia. Sebenarnya selalu ada yang puisi dalam segala sesuatu yang bukan puisi. Dan peran luhur kepenyairan bisa dijalankan oleh siapa saja yang bukan penyair.
Sebaliknya penyair yang mengaku paling penyair pun bisa saja menempuh jalan lenceng: keluar dari jalur luhurnya, tak lagi menjadi dan menjadikan rahasia dalam kata, tak lagi menjelma dan menjelmakan tanda atas fana.
MENGENAL DAN PEMAHAMAN KATA PANTUN
Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal dalam bahasa-bahasa Nusantara, pada umumnya terdiri atas empat baris yang bersajak bersilih dua-dua (pola ab-ab), dan biasanya tiap baris terdiri atas empat perkataan.
Kata ini mempunyai arti ucapan yang teratur, pengarahan yang mendidik, namun juga bisa berarti sindiran.
Dalam bahasa Jawa, biasa dikenal dengan nama parikan dan dalam bahasa Sunda dikenal sebagai paparikan. Pada mulanya ia merupakan sastra lisan, namun sekarang dijumpai juga bentuk yang tertulis.
Semua bentuk pantun terdiri atas dua bagian: sampiran dan isi. Sampiran adalah dua baris pertama, yang seringkali berkaitan dengan alam (mencirikan budaya agraris masyarakat pendukungnya). Dua baris terakhir merupakan isi, yang merupakan tujuan dari dibuatnya karya sastra ini.
Karya sastra ini dinilai baik jika terdapat hubungan makna tersembunyi dalam sampiran, biasa disebut pantun sempurna atau penuh. Sedangkan pada yang kurang baik, hubungan tersebut semata-mata hanya untuk keperluan persamaan bunyi, dan disebut tak penuh atau tak sempurna.
Karena sampiran dan isi sama-sama mengandung makna yang dalam (berisi), maka kemudian dikatakan, “sampiran dapat menjadi isi, dan isi dapat menjadi sampiran.”
Pantun yang sering dipakai berisi dua baris dan empat baris. Karmina dan talibun merupakan bentuk turrunannya, karena memiliki bagian sampiran dan isi. Karmina merupakan versi pendek (hanya dua baris), sedangkan talibun adalah versi panjang (enam baris atau lebih).
Pantun adalah genre sastra tradisional yang paling dinamis, karena dapat digunakan pada situasi apapun. Dalam kehidupan masyarakat Melayu sehari-hari, ini termasuk jenis sastra lisan yang paling populer.
Penggunaannya hampir merata di setiap kalangan: tua-muda, laki-laki-perempuan, kaya miskin, pejabat-rakyat biasa dan sebagainya. Dalam praktiknya, ia diklasifikasi ke dalam beberapa jenis yaitu, Nasihat, Berkasih Sayang, Suasana Hati, Pembangkit Semangat, Kerendahan Hati, Pujian, Teka-teki, Terhadap Perempuan, dan Jenaka.
Pantun juga berfungsi sebagai bentuk interaksi yang saling berbalas, baik itu dilakukan pada situasi formal maupun informal. Pada masyarakat Melayu mengalir berdasarkan tema apa yang tengah diperbincangkan.
Ketika seseorang mulai mengucapkan karya sastra ini, maka rekan lainnya berbalas dengan tetap menjaga tali perbincangan. Pada situasi formal, digunakan ketika meminang atau pembukaan sebuah pidato, sedangkan pada situasi informal seperti perbincangan antar rekan sebaya.
Berikut tips dalam menulis pantun :
1. Tentukan tema dan isi
2. Pilih dan tuliskan baris kaliamat yang akan Anda jadikan sampiran, dengan mempertimbangkan jumlah suku kata tiap baris dan persajakannya. Jumlah suku kata dalam satu baris/kalimat terdiri atas 8-12 suku kata. Persajakan sampiran adalah A-B.
3. Tuliskan baris kalimat yang merupakan isi pantun dengan mempertimbangkan jumlah suku kata tiap baris dan persajakannya. Jumlah suku kata dalam satu baris/kalimat terdiri atas 8-12 suku kata. Persajakan sampiran adalah A-B. Pengungkapan isi harus memiliki keselarasan bunyi dengan sampiran.
PENGERTIAN DAN PEMAHAMAN KATA PUISI DAN PENGERJAANNYA
Puisi adalah susunan kata yang indah, bermakna, dan terikat konvensi (aturan) serta unsur-unsur bunyi. Ciri umumnya adalah bahasa yang padat, penuh metafor.
Biasanya, ini dijadikan sebagai media untuk mencurahkan perasaan, pikiran, pengalaman, dan kesan terhadap suatu masalah, kejadian, dan kenyataan di sekitar kita.
Siapapun bisa menulis puisi dengan berbagai cara dan dapat dilakukan kapan saja. Biasanya kepekaan hati memiliki peran penting disini. Maka, bentuk tulisan ini juga sering diartikan sebagai ekspresi hati.
Berikut tahapan dalam membuat puisi:
1. Pencarian ide
Kumpulkan atau gali informasi melalui membaca, melihat, dan merasakan terhadap kejadian atau peristiwa, pengalaman (pribadi), social (masyarakat), ataupun universal (kemanusiaan dan ketuhanan).
2. Perenungan
Memilih atau menyaring informasi (masalah, tema, ide, gagasan) yang menarik dari ide yang didapat. Kemudian memikirkan, merenungkan, dan menafsirkan sesuai dengan konteks, tujuan, dan pengetahuan yang dimiliki.
3. Penulisan
Inilah proses yang paling rumit, mengerahkan energi kreatif (kemampuan daya cipta), intuisi, dan imajinasi(peka rasa dan cerdas membayangkan), serta pengalaman dan pengetahuan. Untuk itulah, tahap penulisan hendak mencari dan menemukan kata ataupun kalimat yang tepat, singkat, padat, indah, dan mengesankan. Hasilnya kata-kata tersebut menjadi bermakna, terbentuk, tersusun, dan terbaca sebagai puisi.
4. Perbaikan atau revisi
Baca kembali karya yang telah Anda ciptakan. Ketelitian dan kejelian untuk mengoreksi rangkaian kata, kalimat, baris, bait, sangat dibutuhkan. Kemudian, mengubah, mengganti, atau menyusun kembali setiap kata atau kalimat yang tidak atau kurang tepat.
Biasanya, proses revisi atau perbaikan ini memakan waktu lama, hingga puisi tersebut telah dianggap jadi dan tidak lagi dapat diubah atau diperbaiki oleh penulisnya.
Untuk mahir berpuisi, maka Anda harus terbiasa dan akrab dengan kegiatan membaca. Apapun yang Anda baca, Anda harus melahapnya dalam porsi lebih. Hal ini untuk memunculkan kreatifitas pandang pikir.
Selain itu, Anda juga harus mampu membaca segala yang tersurat dan tersirat dalam kehidupan ini. Baik itu kejadian-kejadian dalam hidup dan kehidupan sehari-hari, membaca keadaan diri Anda (pengalaman dan cara pandang).
Singkatnya, Anda harus mampu menemukan hal-hal yang menjadi inspirasi dan kekuatan Anda dalam berkarya dari manapun sumbernya.
Biasakan pula diri Anda membaca kritik-kritik puisi yang ada. Hal ini mampu membangun apresiasi dengan baik.
Setidaknya dengan membaca sebuah kritik karya, Anda akan akan mampu melihat sebuah kelemahan dan keunggulan karya yang dikritik itu sehingga memperkaya wawasan Anda dalam menulis.
Hal penting lainnya adalah menulis. Meski ada beberapa cara, namun Anda tidak perlu terlalu terikat pada aturan. Anda bebas menulis apa saja sesuai keinginan hati, baru kemudian melakukan pengeditan.
Untuk berlatih, Anda juga bisa melakukan teknik “copy the master”, yaitu dengan memenggal sebagian puisi yang berirama lalu kita lanjutkan dengan tulisan Anda sendiri. Cara ini sangat efektif untuk mengasah kemampuan menulis Anda.
Hal yang tidak kalah penting adalah banyak berlatih dan tidak terpaku pada satu gaya penulisan. Sering-seringlah berlatih, melakukan diskusi atau membahas karya bersama penikmat dan pemerhati karya sastra, dan menyempurnakan karya-karya tulisan Anda, maka kemampuan Anda dalam berpuisi akan semakin terasah dengan baik. Selamat mencoba!
PEMAHAMAN SYAIR YANG LEBIH DALAM
Syair merupakan puisi atau karangan dalam sastra melayu lama, dengan bentuk terikat yang mementingkan irama sajak.
Kata ini berasal dari bahasa Arab, yaitu syu’ur, yang berarti perasaan. Dari kata syu’ur, kemudian muncul kata syi’ru, yang berarti puisi dalam pengertian umum.
Dalam kesusasteraan Melayu, kata ini merujuk pada pengertian puisi secara umum. Namun, dalam perkembangannya, ia mengalami perubahan dan modifikasi sehingga menjadi khas Melayu, dan tidak lagi mengacu pada tradisi sastra di negeri Arab.
Syair bukanlah kumpulan kata yang asal saja dan tidak memiliki makna. Justru, ia hadir membawa makna isi yang berhubung dengan kias ibarat, sindiran, nasihat, pengajaran, agama dan juga berisikan sejarah atau dongeng.
Adapun ciri-ciri Syair adalah sebagai berikut:
1. Merupakan puisi terikat.
2. Umumnya terdiri dari empat baris, agak mirip dengan pantun. Perbedaannya adalah, empat baris pantun merupakan dua baris sampiran dan dua baris isi yang berdiri sendiri. Sedangkan bait syair merupakan bagian dari sebuah cerita yang panjang.
3. Jumlah kata dalam satu baris tetap, yaitu 4-5 kata satu baris
4. Jumlah suku kata dalam satu baris juga tetap, yaitu antara 8-12 suku kata dalam satu baris
5. Rima akhir juga tetap yaitu a/a/a/a. Ada juga yang memiliki rima a/b/a/b, tiga baris dengan rima akhir a/a/b, dan dua baris dengan rima a/b, namun ketiga bentuk syair terakhir tidaklah popular.
Jika Anda bertanya siapa penyair yang berperan besar dalam membentuk syair khas Melayu, maka dia adalah Hamzah Fansuri. Karya yang sudah dihasilkan antara lain: Perahu, Burung Pingai, Dagang, dan Sidang Fakir.
Dari namanya, orang Melayu mengenali syair seiring dengan penetrasi dan perkembangan ajaran Islam, terutama tasawuf di Indonesia. Bentuk berbahasa Arab yang tercatat paling tua di negeri ini adalah catatan di batu nisan Sultan Malik al-Saleh di Aceh, bertarikh 1297 M.
Sedangkan yang berbahasa Melayu yang tertua adalah syair di prasasti Minye Tujoh, Aceh, Indonesia bertarikh 1380 M (781 H). Didalamnya, bahasa Melayu masih bercampur dengan bahasa Sansekerta dan Arab.
Sedangkan dari segi jumlah, syair diperkirakan menempati posisi kedua setelah pantun. Artinya, bentuk sastra ini sangat populer pada masyarakat Melayu. Dari segi cara penceritaan, ia bisa diklasifikasi menjadi dua, yaitu naratif dan yang non naratif. Berdasarkan isi dan tema, bentuk naratif bisa dibagi kembali menjadi 4 jenis yaitu:
1. Romantic, sebagai contoh: Bidasari
2. Sejarah, sebagai contoh: Perang Makassar, Perang Banjar
3. Keagamaan, sebagai contoh: Nur Muhammad
4. Kiasan, sebagai contoh: Ikan Terubuk
Sedangkan syair non-naratif terbagi kembali menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Agama
2. Nasihat
3. Di luar tema-tema tersebu
a. Memahami puisi, prosa dan pantun
a.1 Memahami Puisi
Samuel Taylor
Coleridge mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang terindah
dalam susunan terindah. Penyair memilih kata-kata yang setepatnya dan disusun
secara sebaik-baiknya, misalnya seimbang, simetris, antara satu unsur dengan
unsur lain sangat erat berhubungannya, dan sebagainya.
Carlyle mengatakan
bahwa puisi merupakan pemikiran yang bersifat musikal. Penyair
menciptakan puisi itu memikirkan bunyi-bunyi yang merdu seperti musik dalam
puisinya, kata-kata disusun begitu rupa hingga yang menonjol adalah rangkaian
bunyinya yang merdu seperti musik, yaitu dengan mempergunakan orkestra bunyi.
Wordsworth mempunyai
gagasan bahwa puisi adalah pernyataan perasaan yang imajinatif, yaitu perasaan
yang direkakan atau diangankan. Adapun Auden mengemukakan bahwa puisi itu lebih
merupakan pernyataan perasaan yang bercampur-baur.
Jadi dari definisi diatas dapat kita tarik benang
merah yaitu Puisi adalah rekaman detik-detik yang paling indah dalam hidup.
Misalnya saja peristiwa-peristiwa yang sangat mengesankan dan menimbulkan
keharuan yang kuat seperti kebahagiaan, kegembiraan yang memuncak, percintaan,
bahkan kesedihan karena kematian orang yang sangat dicintai. Semuanya merupakan
detik-detik yang paling indah untuk direkam.
Secara sederhana,
batang tubuh puisi terbentuk dari beberapa unsur, yaitu kata, larik , bait,
bunyi, dan makna. Kelima unsur ini saling mempengaruhi keutuhan sebuah puisi.
Secara singkat bisa diuraikan sebagai berikut.
Kata adalah unsur
utama terbentuknya sebuah puisi. Pemilihan kata (diksi) yang tepat sangat
menentukan kesatuan dan keutuhan unsur-unsur yang lain. Kata-kata yang dipilih
diformulasi menjadi sebuah larik.
Larik (atau baris)
mempunyai pengertian berbeda dengan kalimat dalam prosa. Larik bisa berupa satu
kata saja, bisa frase, bisa pula seperti sebuah kalimat. Pada puisi lama,
jumlah kata dalam sebuah larik biasanya empat buat, tapi pada puisi baru tak
ada batasan.
Bait merupakan
kumpulan larik yang tersusun harmonis. Pada bait inilah biasanya ada kesatuan
makna. Pada puisi lama, jumlah larik dalam sebuah bait biasanya empat buah,
tetapi pada puisi baru tidak dibatasi.
Bunyi dibentuk oleh
rima dan irama. Rima (persajakan) adalah bunyi-bunyi yang ditimbulkan oleh
huruf atau kata-kata dalam larik dan bait. Sedangkan irama (ritme) adalah
pergantian tinggi rendah, panjang pendek, dan keras lembut ucapan bunyi.
Timbulnya irama disebabkan oleh perulangan bunyi secara berturut-turut dan
bervariasi (misalnya karena adanya rima, perulangan kata, perulangan bait),
tekanan-tekanan kata yang bergantian keras lemahnya (karena sifat-sifat
konsonan dan vokal), atau panjang pendek kata. Dari sini dapat dipahami bahwa
rima adalah salah satu unsur pembentuk irama, namun irama tidak hanya dibentuk
oleh rima. Baik rima maupun irama inilah yang menciptakan efek musikalisasi pada
puisi, yang membuat puisi menjadi indah dan enak didengar meskipun tanpa
dilagukan.
Makna adalah unsur
tujuan dari pemilihan kata, pembentukan larik dan bait. Makna bisa menjadi isi
dan pesan dari puisi tersebut. Melalui makna inilah misi penulis puisi disampaikan.
RAGAM
DAN JENIS PUISI
PUISI LAMA
Ciri-ciri puisi lama:
- Merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya.
- Disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan.
- Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata maupun rima.
Yang termasuk puisi lama adalah:
- Mantra adalah ucapan-ucapan yang dianggap memiliki kekuatan gaib.
- Pantun adalah puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran, 2 baris berikutnya sebagai isi. Pembagian pantun menurut isinya terdiri dari pantun anak, muda-mudi, agama/nasihat, teka-teki, jenaka.
- Karmina adalah pantun kilat seperti pantun tetapi pendek.
- Seloka adalah pantun berkait.
- Gurindam adalah puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat.
- Syair adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita.
- Talibun adalah pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10 baris.
PUISI
BARU
Puisi baru bentuknya lebih bebas
daripada puisi lama, baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima.
Menurut isinya, puisi baru dibedakan atas:
- Balada adalah puisi berisi kisah/cerita.
- Himne adalah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan.
- Ode adalah puisi sanjungan untuk orang yang berjasa.
- Epigram adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup.
- Romance adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih.
- Elegi adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan.
- Satire adalah puisi yang berisi sindiran/kritik.
a.2 Memahami
Prosa
Menurut (Ardi yudi Pradana) Prosa adalah suatu jenis tulisan yang
dibedakan dengan puisi karena variasi ritme (rhythm)
yang dimilikinya lebih besar, serta bahasanya yang lebih sesuai dengan arti
leksikalnya. Kata prosa berasal dari bahasa Latin "prosa" yang artinya "terus
terang". Jenis tulisan prosa biasanya digunakan untuk mendeskripsikan
suatu fakta atau ide. Karenanya, prosa dapat digunakan untuk surat kabar,
majalah, novel, ensiklopedia, surat, serta berbagai jenis media lainnya.prosa
juga dibagi dalam dua bagian, yaitu prosa lama dan prosa baru,prosa lama adalah
prosa bahasa indonesia yang belum terpengaruhi budaya
barat,dan prosa baru ialah prosa yang dikarang bebas tanpa aturan apa pun.
Prosa biasanya dibagi menjadi empat jenis: prosa naratif, prosa
deskriptif, prosa eksposisi, dan prosa argumentatif.
a.3 Memahami Pantun
Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat
luas dikenal dalam bahasa-bahasa Nusantara. Pantun berasal dari kata
patuntun dalam bahasa Minangkabau yang berarti
"petuntun". Dalam bahasa Jawa, misalnya, dikenal sebagai
parikan, dalam bahasa Sunda dikenal sebagai paparikan, dan dalam bahasa Batak
dikenal sebagai umpasa (baca: uppasa). Pantun pada mulanya merupakan
sastra lisan namun sekarang dijumpai juga pantun yang tertulis.
Secara umum, ciri – ciri pantun
sebagai berikut :
1. Tiap bait terdiri atas 4 baris (larik)
2. Tiap baris terdiri atas 8 sampai 12 suku kata
3. Bersajak silang (a-b-a-b) dan ( a-a-a-a)
4. Baris pertama dan kedua adalah sampiran, sedangkan baris ketiga dan keempat adalah isi.
1. Tiap bait terdiri atas 4 baris (larik)
2. Tiap baris terdiri atas 8 sampai 12 suku kata
3. Bersajak silang (a-b-a-b) dan ( a-a-a-a)
4. Baris pertama dan kedua adalah sampiran, sedangkan baris ketiga dan keempat adalah isi.
Bentuk pantun terdiri atas dua bagian: sampiran dan isi.
Sampiran adalah dua baris pertama, kerap kali berkaitan dengan alam (mencirikan
budaya agraris masyarakat pendukungnya), dan biasanya tak punya hubungan dengan
bagian kedua yang menyampaikan maksud selain untuk mengantarkan rima/sajak. Dua
baris terakhir merupakan isi, yang merupakan tujuan dari pantun tersebut. Karmina
dan talibun merupakan bentuk kembangan pantun, dalam artian memiliki bagian
sampiran dan isi. Karmina merupakan pantun "versi pendek" (hanya dua
baris), sedangkan talibun adalah "versi panjang" (enam baris atau
lebih).
Jenis-jenis Pantun
Berdasarkan isinya pantun dapat dibagi menjadi beberapa jenis seperti pantun nasehat, pantun agama, pantun muda, pantun dagang, pantun anak, pantun jenaka dan pantun teka-teki.
Berdasarkan isinya pantun dapat dibagi menjadi beberapa jenis seperti pantun nasehat, pantun agama, pantun muda, pantun dagang, pantun anak, pantun jenaka dan pantun teka-teki.
b. Menjelaskan tata cara mengubah puisi dalam
bentuk prosa
Mengubah Puisi ke dalam bentuk Prosa atau disebut
parafrase. Yang dimaksud parafrase adalah mengubah puisi menjadi bentuk
sastra lain (prosa). Hal itu berarti bahwa puisi yang tunduk pada aturan-aturan
puisi diubah menjadi prosa yang tunduk pada aturan-aturan prosa tanpa mengubah
isi puisi tersebut. Lebih mudahnya parafrase puisi adalah memprosakan
puisi. Perlu diketahui bahwa parafrase merupakan metode memahami puisi,
bukan metode membuat karya sastra. Dengan demikian, memparafrasekan puisi tetap
dalam kerangka upaya memahami puisi.
Berikut
ini langkah-langkah parafrase puisi :
1. Bacalah
puisi berkali-kali hingga kamu paham akan isinya.
2.Tambahkan
kata-kata atau tanda baca-tanda baca yang sengaja dihilangkan penyairnya.
Ingat, penambahan kata-kata atau tanda baca harus sesuai dengan pemahamanmu
terhadap isi puisi. Penambahan kata-kata atau tanda baca ditulis dalam
tanda kurung.
3. Ubahlah puisi (beserta kata-kata dan tanda baca yang
telah kamu tambahkan tadi) ke dalam bentuk prosa.
Contoh :
MENYESAL
Pagiku hilang sudah melayang,
Hari mudaku sudah pergi,
Sekarang petang datang membayang,
Batang usiaku sudah tinggi.
Aku lalai di hari pagi,
Beta lengah di masa muda,
Kini hidup meracun hati,
Miskin ilmu,miskin harta.
Ah,apa guna kusesalkan,
Menyesal tua tiada,berguna,
Hanya menambah luka sukma.
Kepada yang muda kuharapkan,
Atur barisan di hari pagi,
Menuju kearah padang bakti.
a. Mencari Arti Kata yang Sulit.
Hilang
: tidak ada lagi/lenyap/tidak kelihatan.
Melayang
: pergi jauh terbang / hilang.
Petang
: waktu dudah tengah hari.
Membayang
: kelihatan seperti bayang-bayang/kelihatan samar-samar.
Batang
: bangkai/mayat/ia telah menjadi
Lalai
: kurang hati-hati/ tidak mengindahkan.
Lengah
: bermalas-malas.
Beta
: aku/saya.
Meracun
hati : penuh derita/tidak bahagia.
Luka
sukma : sakit hati.
Atur
barisan : Merencanakan segala sesuatu mulai sekarang.
Padang
bakti : tempat yang di hormati.
b.
Parafrasa
Terikat
MENYESAL
(Kini) Pagiku Hilang Sudah Melayang (entah kemana).
(Sekarang) Hari Mudaku Sudah Pergi (jauh tak kan pernah
kembali).
Kini (hanya) Petang (yang) Datang Membayangi (alam
pikiranku).
(Yang kini) Batang Usiaku Sudah (mulai) Tinggi.
(Dulu) Aku Lalai di Hari Pagi,
(Karena) Beta Lengah di Masa Muda (yang masih suka
bermalas-malasan).
(Hingga) Kini Hidup (menjadi) Peracun Hati (tak bias berbuat
apa-apa lagi).
c. Menulis
puisi yang baik dan benar
c.1 Menulis
puisi yang baik dan benar
Sebenarnya Ada beberapa cara yang
mudah dan bisa digunakan untuk mengasah keterampilan kamu saat menulis puisi
yang baik dan benar. Contohnya Puisi dapat ditulis berdasarkan catatan harian,
cara ini tergolong mudah karena kamu bisa membuat serta merangkai kata dengan
mudah menggunakan isi catatan harian yang kamu miliki. Untuk cara menulis puisi
berdasarkan catatan harian, berikut ini langkah-langkahnya :
1. Pertama kali, kamu baca dan renungkan isi catatan harian yang kamu miliki.
2. Kemudian, hapus atau coretlah kata-kata yang tidak penting dan tambahkan kata-kata yang menurut kamu menarik untuk disertakan.
3. Hapuslah baris-baris yang menurut kamu tidak penting.
4. Atur dan urutkan kembali baris-baris yang sudah kamu pilih.
5. Bacalah kembali hasil akhir baris-baris tadi.
6. Untuk langkah terakhir, suntinglah kembali baris-baris tadi sehingga menjadi baris-baris puisi yang menarik.
1. Pertama kali, kamu baca dan renungkan isi catatan harian yang kamu miliki.
2. Kemudian, hapus atau coretlah kata-kata yang tidak penting dan tambahkan kata-kata yang menurut kamu menarik untuk disertakan.
3. Hapuslah baris-baris yang menurut kamu tidak penting.
4. Atur dan urutkan kembali baris-baris yang sudah kamu pilih.
5. Bacalah kembali hasil akhir baris-baris tadi.
6. Untuk langkah terakhir, suntinglah kembali baris-baris tadi sehingga menjadi baris-baris puisi yang menarik.
Contoh
Puisi
AKU
Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
‘Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
c.2 Menulis pantun yang baik dan benar
Sajak baris pertama pantun sama
dengan sajak akhir baris ketiga. Begitu pula sajak akhir baris kedua sama
dengan sajak akhir baris keempat. Pantun yang rumpang dapat kita lengkapi
dengan sampiran atau isi yang tepat. Dalam menulis baris pantun harus diperhatikan
sajak yang terdapat dalam pantun.
Contoh :
Jalan-jalan dekat pohon, (akhir
baris adalah hon )
tempat indah hijau rumput ( akhir
baris ut )
Maka isi yang tepat untuk melengkapi
pantun di atas adalah :
Pada Tuhan kita memohon,
sesuai ajaran yang kita anut
Dibawah ini adalah jenis-jenis
pantun dan contohnya
1.
Pantun
Nasihat
Pantun
nasehat merupakan rangkaian kata-kata yang mempunyai makna mengarahkan atau
menegur seseorang untuk menjadi lebih baik.
- Manis jangan lekas ditelan
- Pahit jangan lekas dimuntahkan
- Mati semut karena manisan
- Manis itu bahaya makanan.
- Di tepi kali saya menyinggah
- Menghilang penat menahan jerat
- Orang tua jangan disanggah
- Agar selamat dunia akhirat
- Pinang muda dibelah dua
- Anak burung mati diranggah
- Dari muda sampai ke tua
- Ajaran baik jangan diubah
2. Pantun Muda
Pantun muda adalah pantun yang diperuntukan bagi kaum muda (remaja), sehingga pantun muda ini biasanya berhubungan dengan masalah cinta.
Pantun muda adalah pantun yang diperuntukan bagi kaum muda (remaja), sehingga pantun muda ini biasanya berhubungan dengan masalah cinta.
- Walaupun enak makan dengan bakwan
- Lebih enak makan dengan tahu
- Walaupun enak jalan dengan teman
- Lebih enak jalan dengan kamu
- Manis manis sekepal gula
- Lebih manis sesendok madu
- Manis manis senyum si janda
- Lebih manis senyum bibirmu
- Ayam boleh, ikan pun boleh
- Yang penting ada nasinya
- Hitam boleh, Putih pun boleh
- Yang penting baik hatinya
2.
Pantun
Jenaka
Pantun Jenaka adalah pantun yang bertujuan untuk menghibur
orang yang mendengar, terkadang dijadikan sebagai media untuk saling menyindir
dalam suasana yang penuh keakraban, sehingga tidak menimbulkan rasa
tersinggung, dan dengan pantun jenaka diharapkan suasana akan menjadi semakin
riang
- Dimana kuang hendak bertelur
- Diatas lata dirongga batu
- Dimana tuan hendak tidur
- Diatas dada dirongga susu
- Elok berjalan kota tua
- Kiri kanan berbatang sepat
- Elok berbini orang tua
- Perut kenyang ajaran dapat
- Pohon mangis di tepi rawa
- Tempat nenek tidur beradu
- Sedang menangis nenek tertawa
- Melihat kakek bermain gundu
3.
Pantun
Teka-Teki
Pantun teka-teki adalah pantun yang berisi teka-teki atau tebakan. Dalam pantun teka-teki ini biasanya dibutuhkan jawaban atas teke-teki tersebut.
- Kalau tuan bawa keladi
- Bawakan juga si pucuk rebung
- Kalau tuan bijak bestari
- Binatang apa tanduk di hidung
- Burung nuri burung dara
- Taman pesisir taman kayangan
- Cobalah cari wahai saudara
- Makin diisi makin ringan
- Tugal padi jangan bertangguh
- Kunyit kebun siapa galinya
- Kalau tuan cerdik sungguh
- Langit tergantung mana talinya
4.
Pantun
Agama
Pantun agama adalah pantun yang didalamnya mengandung
kata-kata nasehat atau petuah yang memiliki makna mendalam sebagai sebuah
pedoman dalam menjalani hidup, yang biasanya berisi kata kata yang bisa
mendorong kita untuk berbuat yang tidak melanggar aturan agama baik untuk
kepentingan diri maupun bagi orang lain.
- Banyak bulan perkara bulan
- Tidak semulia bulan puasa
- Banyak tuhan perkara tuhan
- Tidak semulia Allah Yang Esa
- Kemumu di dalam semak
- Jatuh melayang selaranya
- Walau ilmu tinggi tegak
- Tidak sembahyang apa gunanya
- Boleh di perah ambil patihnya
- Dalam kancah tarulah bantal
- Boleh berserah kehendak hati-Nya
- Kepada Tuhan tempat tawagal
5.
Pantun
Adat
Pantun adat adalah pantun menggunakan gaya bahasa bernuansa
kedaerahan dan kental akan unsur adat kebudayaan tanah air.
- Bukan lebah sebarang lebah
- Lebah bersarang dibuku buluh
- Bukan sembah sebarang sembah
- Sembah bersarang jari sepuluh
- Pohon nangka berbuah lebat
- Bilalah masak harum juga
- Berumpun pusaka berupa adat
- Daerah berluhak alam beraja.
- Menanam kelapa di pulau Bukum
- Tinggi sedepa sudah berbuah
- Adat bermula dengan hukum
- Hukum bersandar di Kitabullah
6.
Pantun
Dagang
Pantun dagang atau pantun nasib merupakan rangkaian kata-kata yang merefleksikan nasib atau keadaan seseorang. Pantun ini biasanya dinyanyikan/dibacakan oleh orang-orang yang berada di perantauan jika mereka ingat akan kampung halamannya atau nasibnya yang tak seberuntung temannya.
- Tudung saji hanyut terapung
- hanyut terapung di air sungai
- Niat hati hendak pulang kampung
- apa daya tangan tak sampai
- orang padang mandi di gurun
- mandi berlimau bunga lada
- hari petang matahari turun
- dagang berlinang air mata
- Pukul gendang kulit biawak
- Sedikit tidak berdentum lagi
- Hendak kemana untung ku bawa
- Sedikitpun tidak beruntung lagi
7.
Pantun
Anak
Pantun anak adalah pantun yang memang diperuntukan bagi
anak-anak. Sehingga dalam pantun anak ini semua hal yang disampaikan
berhubungan dengan dunia anak.
- Di bawa itik pulang petang
- Dapat di rumput bilang-bilang
- Melihat ibu sudah datang
- Hati cemas menjadi hilang
- Lebaran Makan Ketupat
- Jangan Lupa dengan Dagingnya
- Siapa Sering makan Coklat
- Hati-Hati Rusak Giginya
- Di sana gunung di sini gunung
- Di tengah-tengah gunung Rajabasa
- Ke sana bingung ke situ bingung
- Lebih baik ke sekolah saja.
8.
Pantun Kepahlawanan
Pantun kepahlawanan adalah pantun yang isinya berhubungan
dengan semangat kepahlawanan
- Adakah perisai bertali rambut
- Rambut dipintal akan cemara
- Adakah misai tahu takut
- Kamipun muda lagi perkasa
- Hang Jebat Hang Kesturi
- Budak-budak raja Melaka
- Jika hendak jangan dicuri
- Mari kita bertentang mata
- Kalau orang menjaring ungka
- Rebung seiris akan pengukusnya
- Kalau arang tercorong kemuka
- Ujung keris akan penghapusnya
0 komentar:
Posting Komentar